Film La La Land (2017) Ternyata Bukan Selera Saya!

Film La La Land (2017)

Film La La Land (2017) Ternyata Bukan Selera Saya!

Saya tahu La La Land sudah lama.

Lama sekali.

Saya juga tahu banyak penghargaan film diberikan pada film yang satu ini.

Pemeran utamanya? Emma Stone (Mia) dan Ryan Gosling (Senastian). Ada Ryan Gosling cuy!!! seorang pria tampan dengan kesuksesannya. Bahkan ada cameo John Legend di sini, saya malah ingat dia ngiklanin SKII.

*yang menyayikan Pitera itu.

La La Land ini pemborong banyak sekali penghargaan. Sangat banyak pokoknya. Taburan kesuksesan yang ada dimana-mana.

La La Land Tentang Apa?

La La Land adalah film musikal, ada nyanyian, tarian, dan musik didalamnya. Berkali-kali dalam film sampai nuasa musikalnya sungguh kental.

Mengingatkan saya dengan film India.

Mia, ia adalah perempuan yang punya cita-cita masuk dunia peran. Sudah audisi kesana kemari tapi kegagalan menjadi bayangannya.

Sedangkan Sebastian, punya pandangan sendiri soal musik yang membuatnya sangat terlihat kaku dan tradisional. Namun, Sebastian pernah ada di titik dimana ia berubah haluan, lagi-lagi karena kondisi yang ada.

Mia dan Sebastian bertemu tidak sengaja, bertemu kembali. Semesta mendukung, kemudian mereka menjalin kasih. Sempat sangat saling cinta kemudian ada masalah dalam hubungan mereka.

Kenapa Saya Nggak Suka?

Sebelum ke bagian nggak suka. Saya harus akui, bahwa La La Land punya cinematografi yang luar biasa bagus dan pengambilan gambar yang artistik dari detailnya indah.

Aktor dan aktrisnya juga sama-sama indah.

Secara pandangan mata, kita akan disuguhkan dengan keindahan.

Bagaimana dengan musik?

Musiknya cukup beragam. Tapi karena bukan selera saya. Saya hanya menonton saja. Mencoba menikmatinya.

Nah yang bikin saya nggak suka ada.

Secara ide romansa, film ini nggak “terasa”. Romantisme hanyalah romantisme. Itu saja, tidak melebar kemana-mana.

Mungkin karena saya lebih suka tragedi yang diromantisasi. Akhirnya saya merasa La La Land adalah film yang cukup membosankan dari segi ide cerita.

Menyanyi, menari, hal-hal indah. Agak kurang diterima oleh selera saya. Juga endingnya yang “demikian” (Saya nonton di Netflix). Eeh udah bilang belum si?

Maklum yaa. Nulisnya disambi sama ngepel dan nyari kutu kucing.

Kesimpulan Soal Pendapat

Di masa lalu, film La La Land mendapatkan banyak pujian. Juga dapat banyak penghargaan. Saya harap pendapat saja diterima dengan sebagai hal yang wajar saja.

Maklumlah, kalau urusan drama atau film romansa. Saya cukup rewel. Sebab, kembali ke masalah selera saja.

La La Land bisa saja merupakan film dengan kemenangan terbanyak dalam sejarah Golden Globe. Tapi belum memenangkan hati saya.

Penutup

Untuk yang mau trakteer Mimin bisa di link yang ini.

Terima kasih sudah membaca.

Sampai ketemu di ulasan lainnya.

Semoga kalian senantiasa sehat, btw, saya akan usahakan rajin update. Saat ini Bapak dan Ibu saya masih sakit. Mohon doa atas kesembuhan ya.

You May Also Like

2 Comments

  1. Wah padahal La La Land ini masuk ke watchlist saya tadinya. Ternyata malah kurang sreg ya. Btw min, film barat yang saya suka banget tuh Interstellar, World War Z, Searching, The Invisible Guest, Wonder, Imitation Game. Boleh tuh min kalau mau dicoba, apalagi kalo lagi engap sama drakor, tapi saya nggak yakin ada di netflix. Dulu nontonnya lewat unduhan ilegal soalnya xixixi

    1. hahha, iya nih kurang sreg. aneh aja rasanya. kecuali visualnya yang apik.

      yaa nanti saya coba cari di Netflix kalau ada.

Leave a Reply to besokpagi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!