Review Animasi When Marnie Was There (2014)

Review Animasi When Marnie Was There (2014) – Ketika saya sudah lelah dengan drama korea. Maka larinya adalah ke film atau serial dari negara lain. Dan yaahh… ada kalanya nonton drama korea cukup membuat saya menjadi sangat kenyang. Nontonlah saya sama anime lagi.

Seperti biasanya, saya nonton anime di Netflix. Karena acara yang ditampilkan cukup beragam.

Ketemulah sama judul film animasi jepang. Film ini rilis di jepang ada 19 juli 2014 dengan sutradara Hiromasa Yonebayashi.

Karakter utama dalam anime ini adalah Anna. Anna adalah seorang gadis muda yang tinggal bersama dengan bibinya. Ana punya warna mata yang biru dan merasa berbeda dengan yang lainnya, ia sangat pendiam dan menderita asma.

Karena terlalu berpikir berlebihan. Anna merasakan asma dan sangat sakit. Bibinya memutuskan mengirimkan Anna ke desa agar Anna menghirup udara bersih dan segera sembuh.

Di desa, ana tinggal dengan paman dan bibi yang lain. Mereka baik pada Anna. Di desa, Anna suka menggambar dan menemukan rumah besar di rawa. Pada lingkungan rawa Anna suka menggambar dan bertemu dengan sosok gadis berambut pirang penghuni rumah rawa bernama Marnie.

Marnie dan Anna bermain dan menghabiskan waktu bersama disaat-saat tertentu. Anna menemukan teman baru. Ia bahagia saat bersama dengan Marnie.

Beberapa kejadian muncul bahwa Marnie menjadi sosok yang abu-abu. Antara ada dan tiada.

Komentar Tentang Review Animasi When Marnie Was There (2014)

Awalnya saya penasaran sama anime yang katanya bikin sedih. Ternyata nggak juga. Sepanjang saya nonton, saya tidak merasakan kesedihan sampai menitihkan air mata.

Hanya saja, saya dimanjakan sekali dengan visual dalam animasi. Nggak salah lagi kalau film ini mendapatkan penghargaan.

Cerita dalam animasi sebenernya simple banget. Kisah Anna yang merasa nggak dicintai sama keluarga asuhnya padahal selama ini Anna mendapatkan perlakuan yang amat baik. Bersyukur aja endingnya cukup bahagia, karena saya merasa di awal kisah, Anna sangat menderita dengan keluarga yang mengasuhnya.

Dan lagi-lagi ini adalah anime yang dibuat oleh studio Ghibli. Sejauh ini saya kok demen yaaa sama studio Ghibli kalau buat anime itu bener-bener mulus banget tampilannya. Bahkan anime lama aja tampilannya masih sangat bagus.

Bagi saya Anna adalah sosok yang bisa ditemui siapa saja. Bahkan pada diri sendiri. Semacam kondisi tidak percaya diri, atau takut terhadap tanggapan orang lain mengenai diri sendiri. Bayangin aja, karena terlalu takut sama anggapan orang lain. Anna bahkan bersikap kasar pada teman baru yang memuji ia punya mata yang indah.

Saya nggak memandang film ini dengan macam-macam. Sebab banyak ulasan berseliweran tentang adanya isu LGBT di sini. Saya sama sekali tidak merasa demikian.

Yang ada hanyalah Anna yang menemukan titik pandang baru soal kepercayaan diri yang sulit ia peroleh saat dulu. Kini Anna mampu lebih ceria dan membuka diri.

Yukk guys. Tanya sama diri kita yang selalu rindu merasa dicintai padahal memang sudah dicintai dengan orang-orang sekitar.

Dan yaah. Meski bukan anime sedih, padahal kata orang-orang yang merekomendasikan, ini salah satu anime sedih. Saya masih merekomendasikan lho ke kalian.

Dan yaap. Sampai ketemu di ulasan lainnya di besokpagi.

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!