Sinopsis Marriage Lyrics and Divorce Music Episode 2 (Part 1)

Sinopsis Marriage Lyrics and Divorce Music Episode 2 (Part 1) – Episode sebelumnya ada di tulisan yang ini. Episode dua kali ini dibuka dengan kisah PD Sa Pi Young yang membenci ibunya. Ia benci karena perpisahan dengan ayahnya membuatnya tidak bisa bertemu dengan sang ayah. Karena dilarang, ayah datang ke sekolah.

Saat itulah ayahnya mati dalam perjalanan dan Sa Pi Young terus menyalahkan Ibunya. Sang Omma berkata semua terjadi karena anaknya tidak tahu bagaimana rasanya diselingkuhi. Sebagai gantinya, sang nenek dilarang bertemu dengan cucunya.

“Sepertinya ayah muak, sama sepertiku.” Ucap Sa Pi Young.

“Apa katamu?”

“Omma selalu saja bersikap seperti ini. tidak bisa memikirkan orang lain sedikitpun meski telah berumur. Kamu menikahi seorang pria karena cinta dan menaikkan status sosialnya, tapi dia berani berselingkuh dengan sekretarisnya. Tentu saja sangat emosi dan gelap mata. Tapi pernahkah ibu berpikir ibu penyebabnya? Omma merendahkan orang lain, dan memikirkan diri sendiri. aku akan tergoda pada sekretaris yang baik daripada istri yang buruk. Itu wajar. Semua perasaan sama.” *jadi ceritanya, ibu dari Sa Pi Young kaya raya dan menurut Pi Young, sikap sang ibu merendahkan ayahnya sampai mereka berpisah.

****

Anak dari penulis Lee yang bungsu, diberikan nasehat oleh Ji A (anak PD Sa Pi Young), untuk memberikan hadiah yang cantik untuk Ibunya.

***

Di rumah, Sa Pi Young mendapatkan hiburan dan pelukan dari suaminya.

Yu Sin bahkan memberikan kejutan bunga yang ditaroh di dalam mobil. Mereka nampak akur dan pengertian satu sama lain.

****

Ahjumma Penulis Lee juga mencoba berbaikan dengan Pak Dosen dengan inisiatif wik wik.

Penyiar Bu pun mendatangi suaminya yang lembur di kantor. Mencoba meminta suaminya pulang tapi gagal.

****

Di sisi lain, keluarga yang nampak harmonis adalah pasangan dari mertua Sa Pi Young.

****

Awalnya Penulis Lee merasa suaminya akan melupakan tentang ide cerai. Tapi suaminya malah buka suara lagi. “Aku benci bau koyokmu. Puluhan tahun bekerja dengan komputer, pekerja rumah tangga tanpa asisten. Pergelanganmu melemah. Setiap kali aku melihatmu dengan koyok, mencium bau koyok di kasur. Membuat aku merasa tidak berguna, pikiranku menjadi buruk dan aku ingin menghentikan perasaan berdosa. Aku tidak akan membawa apapun, rumah ini hasil kerja kerasmu. Gajiku hanya bisa membayar sekolah anak-anak. kamu juga tahu, aku tidak bisa membeli tas bermerk seperti orang lain.”

“Apakah aku pernah iri tentang itu?”

“Kamu hanya mengenakan baju murah dari pinggir jalan dan bekerja keras. karena itu kita punya rumah layak di pusat Gangnam. Aku manusia, aku juga pria. Tapi hidup dengan rasa bersalah dan tidak tahu malu, adakalanya aku ingin menghindar. Itu berat bagiku.  Kamu perempuan, kamu pasti ingin pakaian dan sepatu bagus. Tubuhmu lemah, rumah penuh naskah, seberapa lelahmu terus senyum pada anak-anak. aku tidak memberikan apapun kepadamu. Mianhae.”

“Baiklah. Aku yang akan memberi tahu pada anak-anak.”

****

Ahjumma Penulis Lee pun memasak kembali. Padahal ia menahan diri untuk tidak menangis di depan anak bungsunya yang baru bangun.

Ahjumma akhirnya menangis. Telur dadarnya tidak berbentuk.

****

Sementara dokter Yu Sin menelepon seseorang di dalam mobil. “Bagaimana demammu? Apa kamu sudah makan? Jangan makan, biarkan kamu berkeringat. Nanti aku mampir.”

Dan dokter Yusin menemui istrinya yang ada di supermarket. Mereka bersama-sama membeli bahan masakan. Kemudian makan eskrim bersama.

Yusin naik mobil yang berbeda dengan istrinya. Tak lama pesan Yusin adalah ada kenalannya yang meninggal dan akan terlambat pulang.

****

Pak Dosen dengan gembira masuk ke apartemen karena istrinya sudah setuju untuk cerai.

Sementara itu, Penulis Lee menghadapi dua anaknya di restoran. U-Ram pun memotret kebersamaan mereka dan mengirimkannya ke ayah mereka.

“Ayahmu dan ibu… sudah terlalu lama bersama, jadi, kami memutuskan hidup terpisah. Kami kenal sejak SMA kelas 3. Sudah 31 tahun. Hidup selama 3 dekade sudah jarang terjadi belakangan ini. kami hanya hidup terpisah dan sesekali bertemu. Pada akhir pekan, kita bisa bertemu seperti ini.”

“Apa maksudnya?” tanya Hyang Ki. Anak sulung.

“Omma tidak akan memberatkan ayahmu pergi. Mungkin tahun depan bisa bersatu. Bagaimanapun itu keputusan kami sekarang. Jadi, tolong pengertian kalian. Justru jika berjauhan, kita bisa merindu dan tahu arti keluarga.”

“Apakah ayah berat hidup bersama kita?” tanya Hyang Ki.

“Ayah tidak hanya mengajar murid saja bukan? dia juga melakukan pekerjaan lain.”

“Tapi Omma lebih menderita dari ayah.” Ucap Woo Ram. Si bungsu.

“Omma hanya pekerja lepas, tidak seperti ayahmu.”

“Tapi ayah juga tidak melakukan pekerjaan rumah,” Ucap Hyang Ki.

“Ada banyak cara hidup. Sama seperti kamu Hyang Ki. Kamu mengambil ujian CSAT lagi. Meski telah diterima di jurusan teater dan film. Kami juga menghormati keinginanmu.”

“Omma pikir sama dengan masalahku? Kalian tidak akan bercerai bukan?”

Lanjut ke bagian 2 ya. klik di sini.

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!