Sinopsis Mother of Mine Episode 17 Part 2

Sinopsis Mother of Mine Episode 17 Part 2 – Episode sebelumnya ada di sini. selengkapnya kamu bisa cari tahu di tulisan yang ini yaaaa guys.

Jin Soo pulang kerja dan kaget masih melihat mertuanya. “Kenapa kamu amat terkejut? Ini bukan pertama kalinya kamu melihatku.”

“Bukan apa-apa. Di mana Da Bin Omma?”

“Katanya dia mau ke sauna.”

Wkwkwkwk Jin Soo kaget akibat yang haduknya melorot itu. wkwkwkw.

Jin Soo bahkan mandi kemudian menggunakan setelan yang sama tanpa mengeringkan rambutnya.

Di sisi lain. Mi Ok dan Kakek masih bertengkar tentang siapa yang mecuci piring. Mi Ok hanya ingin bermalas-malasan sambil menonton drama.

***

Jae Bum membaca naskah Mi Hye. Mereka pun hanya saling diam. Mi Hye yang resah.

***

Dengan membawa belanjaan. Mi Ri pulang ke kedai Ibunya. Saat itu ada Paman Young Dal dan Emak.

“Kamu sedang apa di sini?” Tanya Emak.

“tidak bolehkah aku pulang?”

“Hanya saja kamu muncul tbtb. Bagaimana dengan makan malam? Sudah?”

“Tentu saja belum. Aaahh paman membuat bibimbap? Paman apa kabar?”

“Beraninya kamu tinggal dengan seorang pria!!!” Ucap Paman Young Dal. Wkwkwk.

“Apa? Apa maksud paman? Pria?”

“Diamlah.” Ucap Emak gemes.

“Samcun… apa unnie datang mengadu??? Bukan begitu!!! aku tidak tahu unnie bilang apa. Tapi Omma, jangan berharap banyak.”

“Kenapa ibu mengharapkan hal seperti itu darimu? Omong-omong… apa ada yang terjadi padamu?”

“seperti apa? Ada apa bu?”

“Tidak…”

“Ibu bertingkah aneh.”

Mi Ri pun kemudian bersiap untuk makan.

****

Setelah menatap naskah Mi Hye lama. Jae Bum akhirnya buka suara. “Mi Hye… apa Dol Dam Gil setuju menerbitkan ini?”

“Tidak. Akankah kutunjukkan kepadamu yang mau diterbitkan?”

“Ahhhh bagus deh. Jika mereka setuju. Aku akan bergegas ke sana sekarang.”

“Kenapa?” Tanya Mi Hye.

“Karena itu pasti sebuah penipuan. Jika mereka setuju menerbitkan ini. editor bernama Kim Woo Jin itu merekrutmu sebagai pegawai kafe, bukan penulis. Atau mungkin penulis naskah yang memilih untuk menulis demi uang karena kurang nilai literatur, tapi Mi Hye…Kang Mi Hye… ini jelek. ini buruk. Kamu tidak boleh menunjukkan ini kepada siapapun.”

“Baik. Aku paham. tidak apa-apa. Kamu tidak pernah salah. Aku mau beristirahat. Pulanglah…” Mi Hye langsung bersembunyi di dalam selimut.

“Mi Hye kamu menangis? Kamu sungguh menangis?”

***

Jae Bum keluar dari kamar Mi Hye dan bergabung makan dengan Ibu, Paman dan Mi Ri.

“Mi Hye sedang apa? Suruh dia keluar kemari.” Tanya Emak.

“Dia tidur.”

“Tidur? Dia nanti akan terbangun malam hari dan menggeledah dapur.”

“Omma… aku akan membangunkannya.” Ucap Mi Ri.

Sayangnya. Jae Bum malah mengajak Mi Ri bicara di luar.

“Noonim… bisakah kakak berbincang dengan Mi Hye?”

“Kenapa? dia ada masalah?”

***

Mi Ri sudah dengan pakaian olahraganya. Mi Ri pun membangunkan Kang Mi Hye.

“Kenapa? nikah saja sana dengan pacar yang kamu kencani!!!”

“tutup mulutmu dan terima ini!!!” Mi Hye melemparkan sesuatu.

“Jangan melemparku!!! Kakak menganggapku mukaku serendah itu?”

“Terserah… ikut aku!!”

***

Keduanya pergi….

“Ini memalukan. Apa kakak ingin semua orang tahu kalau kita bersaudara? Kita mau kemana?”

Kemana???/wkwkwkkwkw keduanya gila-gilaan karaukean.

Di sela-sela kegilaan ini. Mi Sun menelpon Mi Ri.

“Kamu sedang apa?”

“Berkarauke dengan Kang Mi Hye. Kenapa?”

“Karoke?”

“Ahhhh dia berbaring di kasur karena tidak bisa menulis. jadi aku menyeretnya keluar. Ada apa? Kenapa kakak menelpon. Kakak sudah menelpon, jadi bicaralah.”

“Tidak… kakak hanya sekadar menelpon. Untuk menanyakan kabarmu.”

“Kita belum lama bertemu. Kakak penasaran soal apa?”

“Baiklah… besenang-senanglah…”

****

Kini tinggal makan dan minum di depan toserba nihhh Mi Hye dan Mi Ri.

“Ada apa? Katakan saja.” Tanya Mi Hye.

“Apa?”

“Bukankah unnie akan menghiburku hari ini?”

“Benar.”

“Kenapa unnie harus menghiburku? Tapi kok unnie yang nampak depresi. Unnie konyol.”

“Lantas, akan kakak hibur kamu. dengar baik-baik. Jika mau menyerah kembali menjadi penulis, lakukan saja. jika tidak berjalan dengan lancar, menyerahlah. Itu bukan keberanian.”

“Yakkk Kang Mi Ri…. bagaimana itu bisa kamu katakan? Kakak seharusnya menyemangati adiknya.”

“Kamu mau kakak memberikan harapan palsu, bilang semua akan baik-baik saja dan kamu akan sukses suatu hari nanti? Katakan jika mau mencoba hal lain. kakak akan menyokongmu sebagai bentuk investasi. Pertimbangkan saja.”

“Yakkk Kang Mi Ri!!! Aku sudah muak dengan ini. akankah kakak menyerah ketika menjadi aku? Kakak akan menyerah dengan impian kakak?”

“Kakak akan menyerah. Bahkan sesuatu yang tidak bisa kakak lupakan bahkan dalam mimpi…jika tidak berjalan lancar, kakak akan menyerah.”

“Aku tidak bisa menyerah. Aku harus selalu menyerah dengan semua keinginanku sejak kecil. Omma selalu meleskan Kang Mi Ri di les privat untuk piano, seni, bahkan balet pada Kang Mi Sun, hanya karena dia dia anak sulung. Apa bahkan kakak merasa Kang Mi Sun pantas disebut The Swan Lake? Kang Mi Sun nampak murung sekarang. dia amat kurus, padahal dia dulu gemuk. Ibu memasukkan gadis gemuk pada les balet dengan menjual sup tulang sapi. Kakak tahu itu.”

“Kenapa kamu mau mencoba hal seperti itu? kakak tidak mau sama sekali. Kakak tidak mau les seni atau piano. Balet terlalu feminin, jadi kakak muak!!!”

“bohong. Aku membaca buku harian lama kakak.”

“Bagaimanapun kamu juga bisa melakukan hal yang sama jika kamu mau. Kamu juga tidak bisa meraih semua impianmu. Walaupun kakak merindukan seseorang. Bukan berarti orang itu merindukan kakak kembali.”

“Ada apa dengan unnie? Kakak putus dengan dia?”

“Ahhh Kang Mi Sun,,, nanti akan kuberi pelajaran dia!!!”

“Bagaimanapun aku belum menyerah.”

“Bebuatlah semaumu. Entah kamu meraih impianmu atau tidak. Kamu yang akan terluka.” Mi Ri pun bergegas.

“Kakak datang untuk menyakiti perasaanku? Aku tidak percaya tinggal dengannya selama 30 tahun sebagai seorang adik. Sayang sekali kami dahulu berbagi kamar. Aku bahkan memberikan buku catatanku yang kumenangi dari kontes menulis dan mencuci sepatu kakak. Kakak tidak mau minum tonik herbal….Ibu memberikan itu untuk kakak. Jadi, aku meminumnya untuk kakak. Tapi beraninya kakak….”

Mi Ri menangis mendengarnya… kemudian ia berbalik. “Kamu sedang kesulitan. Kakak tahu ini berat buatmu. Kang Mi Hye yaaa….berhentilah berusaha terlalu keras. Ya?” kemudian Mi Ri kembali berjalan.

***

Di rumah In Sook.

Tuan Han dan Han Tae Joo sedang melakukan peringatan upacara kematian.

“Tae Joo… ambilkan minum untuk pamanmu.” Ucap Tuan Han. Tae Joo pun menuangkan minumannya.

Tak lama. Tuan Han menangis. “Aigooooo….urie Sung Soo. Bagaimana kamu bisa meninggalkan kamu seperti ini? aku tidak percaya kamu sudah tiadaaaa….”

Tae Joo pun mencoba menenangkan ayahnya.

Kemudian Tuan Han bicara pada In Sook. “Jeon In Sook terima kasih atas hari ini.”

“Ya.”

“Sampai jumpa lagi. Setiap kali kemari, aku menyadari rumah ini terlalu besar untuk dihuni sendiri. kenapa kamu tidak tinggal di dekat rumahku?”

“Aku sudah kerasan di rumah ini.”

“Benarkah? Btw, apa ada pria yang kemari?”

“Ayahh… maksud ayah apa?” Tanya Tae Joo.

“Apa ayah tidak boleh mengatakan hal itu?”

“Pimpinan…” Ucap In Sook.

“Kenapa kamu amat kesal? Aku hanya bilang kamu masih cukup muda untuk mengencani seseorang.” Pimpinan kemudian pergi.

Bersambung…. klik di sini kelanjutannya….

Komentar…

Saya tuh bingung deh sama hubungan keluarga Han dan In Sook.

Kok Tae Joo bilangnya Ibu??? Harusnya kan dia istri pimpinan?

Nahh yang meninggal itu pamannya Tae Joo. Berarti dia adik pimpinan dong? In Sook ini adik ipar dong jadinya.

Haeeeeehhhhh kumahaaa sih.

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!