Ulasan Drama Malaysia: Nur (2018)

Ulasan Drama Malaysia: Nur (2018)

Ulasan Drama Malaysia: Nur (2018) – Ini pertama kalinya saya nonton drama dari Malaysia punya. Nyobain nyicipin. Akhirnya selesai juga di episode 19 meski lama banget selesainya.

Tentang apa dramanya?

Saya ulas sambil jalan aja yaaaa. Nggak saya kasih poin-poin.

Sinopsis dan Pemain Drama Malaysia: Nur (2018)

Amyra Rosli memerankan Nur. Nur adalah anak perempuan dari seorang pelacur. Nur juga masuk dunia yang sama dengan Ibunya. Dalam hati Nur ingin ada perubahan pada hidupnya. Tapi keadaan sangat jauh dari kata “lebih baik.”

Nur dilarang oleh ibunya untuk belajar agama. Ibu Nur berkata, mereka adalah keluarga pendosa dan Tuhan sudah lama tidak pernah mendengarkan doa dari Ibu Nur. Padahal Ibu Nur tidak punya banyak keinginan. Satu saja harapannya.

Dalam bekerja mencuci piring, Nur menyimpan koran-koran tentang belajar agama. Nur juga diam-diam mendengarkan ceramah di mesjid saat subuh.

Nur punya keengganan ke mesjid. Ia hanya solat di lorong beralaskan kardus. Nur, ingin hidupnya lebih baik.

Di sisi lain ada keluarga ustaz selebriti. Punya generasi kedua bernama Adam yang baru saja pulang dari menuntut ilmu. Ayah Adam adalah Ustaz yang sangat terkenal. Dimanageri oleh anaknya sendiri Aisyah, yang merupakan Kakak dari Adam.

Adam dijodohkan dengan seorang perempuan atas landasan “bisnis” oleh Aisyah. Padahal di awal Adam menolak hal itu. Aisyah sangatlah ambisius akan uang dan popularitas. Ia menyiapkan segalanya demi ambisinya.

Suatu ketika, Adam yang mengisi kajian saat subuh terganggu dengan keberadaan seorang perempuan yang menaruh pertanyaan di kotak. Perempuan itu Nur, langsung labur saat melihat Adam.

Adam merasa terganggu dan mencari Nur. Ia tahu, Nur adalah seorang pelacur.

Singkat cerita, mereka menikah. Sayangnya, sebelum Adam dan Nur menikah. Kakak Ipar Adam pernah sangat menginginkan Nur.

Begitulah. Padalah Kakak Ipar Adam juga seorang Ustaz. Jadi, suka “jajan” gitulah.

Rumah tangga mereka pun diuji. Latar belakang mereka yang berbeda menjadi pemantik konfik. Juga masalah Kakak Ipar Adam yang selalu menginginkan Nur.

Komentar Ulasan Drama Malaysia: Nur (2018)

Ini pertama kalinya.

Bisa dibilang juga Nur merupakan drama dengan tema religi.

Tapi nggak kayak di Indosiar.

Musik pengisinya kadang musik yang umum. Tapi tidak menjadi soal. Pengambilan gambar rata-rata di tempat yang itu-itu saja.

Secara cinematografi, biasa aja.

Lalu bagaimana secara cerita?

Lumayan. Saya menikmatinya. Di beberapa adegan seperti bagaimana Nur berjuang keluar dari “lembah” hitam dunianya membuat haru.

Bagaimana tidak haru? Hal yang sangat ingin Nur lakukan adalah pergi jauh dari kehidupannya yang “kotor” itu.

Secara pesan moral juga dapet. Memang sangat “drama” . Tapi masih masuk akal. Bahkan kalau ada cerita tentang guna-guna pun saya anggap masuk ke arah opsi kebudayaan.

*iyee. Bukan kebudayaan yang baik memang.

Alasan nonton Nur adalah karena penasaran. Bagaimana “tetangga sebelah” punya karya dalam bentu drama. Selama ini saya masih nonton Upin dan Ipin.

*heu.

Berasa sinetron Indonesia?

Nggak cuy.

Ini lebih baik. Karena episodenya lebih masuk akal. Tidak ratusan.

Kesimpulan Ulasan Drama Malaysia: Nur (2018)

Lumayan banget nih.

Buat Ibu-Ibu yang demen sama “Kumenangis” di Indosiar.  Sesekali nonton drama tetangga. Biar menangisnya lebih elegan dengan kisah-kisahnya.

Sudah ada musim keduanya juga. Saya belum lihat. Belum ada di Netflix saat tulisan ini dipublikasi.

Penutup

Buat yang mau trakteer mimin bisa di link yang ini.

Terima kasih sudah membaca.

Ulasan Drama Malaysia: Nur (2018)
Previous Post

No more post

Ulasan Drama Malaysia: Nur (2018)
Next Post

No more post

1 Comment

  1. Ini drama tipikal Indo*iar tp next levelnya sih, hahah.

    Amyra Rosli juga cakep bgt di film itu.

    Menarik juga melihat sisi lain realita instansi religius yang tidak selamanya bersih….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!